Memahami Aspek – Aspek yang Ada Dalam Term Sheet dengan Investor

Dalam dunia bisnis tidak asing lagi dengan adanya pertambahan modal untuk mengakselerasi pencapaian dalam bisnis yang dijalankan. Banyak sekali pilihan yang dapat dipilih oleh pembisnis untuk mekanisme pembiayaan, baik dari institusi keuangan, modal ventura, investor, pinjaman perseorangan, dan lainnya. Setiap pilihan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing – masing tergantung kepada situasi dan kapasitas yang sedang dihadapi oleh perusahaan itu sendiri.

Pada dunia bisnis juga ada alat bantu untuk mengkomunikasikan terms atau ketentuan dalam permodalan yang dikenal dengan istilah terms sheet yang artinya lembar yang berisi tentang ketentuan dan kesepakatan. Dengan kata lain, term sheet merupakan sebuah ikhtisar yang tidak mengikat tentang poin – poin kunci dari transaksi permodalan.

Tentunya sebelum mengambil keputusan tentang investasi dan mencari calon investor potensial, sebagai pemimpin atau bisnis owner anda harus mempersiapkan pelaporan akuntansi pembukuan yang benar benar telah rapih dan tepat, anda bisa melakukan pembuatan laopran pembukuan menggunakan team internal, atau bisa memanfaatkan konsultan jasa pembukuan profesional

Artikel ini akan membahas lebih lanjut tentang bagaimana cara perususahaan memahami aspek – aspek yang harus diperhatikan dan dipelajari sebelum menyetujui tambahan modal dalam merumuskan terms sheet. Berikut langkah – langkah untuk merumuskan term sheet:

  1. Tujuan Permodalan

Tujuan permodalan ini dibagi mejadi dua. Pertama tujuan investasi jangka menengah atau jangka panjang. Kedua untuk modal kerja, biasanya hanya memiliki waktu yang relatif pendek.

2. Valuasi Bisnis

Untuk menentukan valuasi atau nilai dari suatu bisnis, dapat dilakuakan dengan cara berikut ini:

Valuasi Bisnis berdasarkan Aset

Metode perhitungan valusi yang didasari oleh aset ini merupakan metode paling mudah, biasnaya metode ini digunakan untuk melakukan valuasi property.

Jika metode ini digunakan di lapangan cara ini tentu saja akan terjadi modifikasi tetapi tergantung dari lebih banyaknya pertimbnagan bisnisnya, tetapi penilaian berbasis aset ini mengedepankan nilai ekstrinsik dari aset yang ada atau yang melekat pada bisnis tersebut.

Valuasi berdasarkan Pendapatan Penjualan

Valuasi ini merupakan titik terberat berdasarkan beberapa banyak revenue atau penjualan yang dihasilkan.

Misalkan ada toko yang sama, maka yang harus diperhatikan yaitu berapa banyak penjualan yang dihasilkan dalam kurun waktu 1 tahun (tanpa memperhitungkan kenaikan penjualan). Dengan begitu investor akan mendapatkan modal kembali ditambah dengan kepemilikan dari toko tersebut. Pertimbangan untuk nilai – nilai yang akan ditentukan untuk imbal yang saling menguntungkan.

Valuasi berdasarkan Tren Pasar dan Kesempatan Berkembang

Penilaian ini lebih mengutamakan apa yang bisa didapatkan oleh pengusaha dan investor untuk melakukan pengembangan bisnis dengan tren yang sedang bertumbuh pesat. Biasanya hal ini dilakukan oleh perusahaan – perusahaan yang sedang melakukan akuisis atau merger.

Tetapi pada perusahaan besar perhitungan semudah ini tidak akan terjadi. Hal ini dikarenakan masalah pencatatan akuntansi dan kepentingan pengendalian menjadi hambatan tersendiri untuk memunculkan nilai yang sebenarnya dari perusahaan yang sedang dalam penilaian. Tetapi metode ini dapat digunakan sebagai dasar untuk berpikir dalam melakukan valuasi tahap awal.

3. Business Plan dan Return on Investment

Aspek yang paling penting dalam menjalankan sebuah bisnis yaitu mempertimbangkan kebutuhan investasi yaitu business plan yang baik, yaitu rencana bisnis yang menggunakan ukuran dan komponen yang tepat dan relevan sesuai dengan bisnis yang sedang kita jalankan.

Bukan hanya menghitung nilai kebutuhan investasi tetapi juga harus menghitung perkiraan pendapatan dan nilai imbal dari investasi yang biasa disebut dengan Return on Investment (ROI).

Return on Investment (RIO) merupakan laba atas investasi yang dihitung berdasarkan hasil dari pembagian pendapatan yang dihasilkan dari besaran modal yang ditanamkan.

Salah satu yang harus dipahami oleh semua pembisnis yaitu harus memahami return on investment secara keseluruhan dalam bisnis yang akan dijalankan. Alasan mengapa pentingnya memahami RIO yaitu karena ROI merupakan tolak ukur dari keuntungan bisnis yang paling tepat. Dengan mengetahui tingkat pengembalian investasi, maka segala kegiatan operasional dapat dievaluasi dalam tingkat pengembalian investasinya.

RIO diperlukan karena seringkali pihak hanya berfokus pada margin keuntungan atas produk atau jasa. Padahal RIO juga sangat berpengaruh dalam mendapatkan kepastian dan keyakinan bahwa bisnis yang dijalankan mampu berkembang sesuai dengan apa yang kita harapkan.

Dalam menjalankan bisnis, seorang pengusaha harus lebih memperhatikan jumlah dana yang harus diinvestasikan dalam mencapai target penjualan, jumlah margin keuntungan yang diperoleh, dan bagian dari margin keuntungan tersebut yang akan digunakan untuk mengembangkan bisnis.

Jika investasi yang dilakukan hanya menghasilkan margin keuntungan yang sedikit, makan bisnis tersebut akan mengalami kesulitan dalam berkembang dimasa yang akan datang, bukan hanya itu saja bahkan bisa saja dalam jangka waktu yang panjang akan mengalami kegagalan, maka dari itu sebagai pembisnis harus memperhatikan hal – hal yang menjadi patokan dalam kesuksesan dan berkembangnya suatu usaha yang akan dijalankan atau sedang dijalankan.

4. Jangka Waktu Investor

Bukan hanya rencana bisnis saja yang merupakan aspek penting, tetapi dalam menjalankan sebuah bisnis juga ada jangka waktu dari kesepakatan pada term sheet yang mengikat kedua belah pihak baik dari investor maupun pengusaha untuk mendeliver point – point yang ada dalam perjanjian kerjasama tersebut.

Dalam hal ini waktu merupakan komponen yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan pada setiap perjanjian kerjasama manapun, hal ini dikarenakan satuan waktu merupakan validasi dimana ikatan kerjasama itu dimulai. Pada saat satuan waktu ditentukan, maka disitulah segala hak dan kewajiban dimulai dan dibebankan kepada pengusaha dan investor yang bekerja sama pada perusahaan tersebut.

5. Rumuskan Imbalan Kerjasama Baik Dalam Bentuk Material dan Non Material

Dalam ketentuan imbal balik antara kedua belah pihak dapat berbentuk sesuatu yang bersifat material ataupun non material. Berikut contoh imbal balik dalam bentuk material maupun non material.

  • Imbal kerjasama berbentuk material

Dalam imbal kerjasama bentuk material ini bersifat tangible (dapat diukur), contohnya yaitu mendapatkan saham dan masuk kedalam struktur kepemilikan, pengembalian dari nilai pokok investasi berserta dengan hasil investasinya.

  • Imbal kerjasama berbentuk non material

Imbal dari kerjasama dalam bentuk non material ini biasanya sesuatu yang tidak dapat diukur, misalnya network, keahlian dari investor dan lainnya.

6. Tentukan Ketentuan – Ketentuan Umum Isaha yang Bisa Melindungi Kedua Belah Pihak dari Potensi Kerugian dan Perselisihan Kerjasama

Ada beberapa hal yang harus diatur untuk menjaga kerjasama dari potensi terjadinya kerugian dimasa yang akan datang bisa dalam hal pendaftran merek, pendaftaran paten, dan hak cipta. Berikut hal – hal yang harus dipastikan terlebih dahulu:

  1. Memastikan seluruh kelengkapan administrasi, legal serta ketentuan lainnya sudah dipersiapkan.
  2. Memastikan kerjasama yang diperjanjikan dilindungi oleh hukum.
  3. Memastikan komponen yang akan dimasukkan kedalam ketentuan term sheet harus diketahui dahulu implikasinya terhadapa imbal dari kerjasama yang dilakukan.

Itulah beberapa hal yang wajib dirumuskan dalam term sheet dengan investor, dalam menjalankan suatu bisnis harus memahami dan memperhatikan hal – hal yang berhubungan dengan bisnis yang kita jalankan terutama pada pertambahan modal. Jika anda membutuhkan jasa akuntansi profesional untuk membantu persiapan pengembangan bisnis, SNI COnsulting akan sangat senang jika bisa menjadi bagian dari pengembangan bisnis anda

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top